BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan dan calon guru SD atau pendidik. Guru harus mengetahui
teknik memahami perkembangan murid, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tidak
hanya itu tetapi guru juga harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga
wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya. Selain itu guru harus
mengerti psikologi anak, kemampuan anak, kelemahan ataupun kelebihan anak dan keinginan anak yang
mempunyai bakat tertentu.
Untuk itu guru harus mengetahui
tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik. Salah satunya dengan tes. Tes
yang digunakan bisa teknik tes dan non tes sesuai dengan kemampuan dan minat
peserta didik.
Selain itu, tes bisa membantu guru
untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta didik yang menjadi
masalah dalam kehidupannya. Oleh karena itu, guru harus memahami bagaimana teknik tes dan non tes
tersebut dan apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknik
pengumpulan data.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian teknik-teknik tes serta jenis-jenisnya?
2. Apa pengertian non-tes dan jenis-jenisnya?
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik-teknik untuk
memahami perkembangan murid pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua
kategori besar yaitu:
2.1 TEKNIK TES
Teknik tes atau disebut juga sebagai
testing merupakan usaha pemahaman murid dengan mengunakan alat-alat yang
bersifat mengukur atau men tes. Penggunaan teknik tes (khususnya tes prestasi
belajar) bagi guru di sekolah bertujuan untuk:
Menilai kemampuan belajar murid
Memberikan bimbingan belajar kepada murid
Mengecek kemajuan belajar
Memahami kesulitan-kesulitan belajar
Memperbaiki teknik mengajar
Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar. (Shertzer & Stone, 1971:
235).
Berdasarkan atas aspek yang diukur, tes dibedakan atas :
2.1.1 Tes Kecerdasan
Kecedasan dapat diartikan sebagai
kemampuan berpikir yang bersifat abstrak. Dapat juga diartikan sebagai
kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas tujuannya; berpikir
rasional; dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif, dengan demikian
tes kecerdasan itu tidak lain adalah prosedur yang sistematis dengan menggunkan
instrumen untuk mengetahui kemampuan umum individu terutama menyangkut
kemampuan berpikirnya.
Untuk mengetahui kecenderungan
tingkat kecerdasan murid, diantaranya menggunakan tes benet-simon (verbal
test), yang dipersiapkan untuk anak muali usia 3 tahun sampai dengan 15 tahun.
Tes ini memperhitungkan dua hal yaitu;
Umur kronologis (“cronological age” disingkat C.A) yaitu
umur seseorang sebagaimana yang ditunjukan dengan hari kelahirannya atau
lamanya hidup sejak tanggal lahirnya.
Umur mental (“mental age” disingkat
M.A) yaitu umur kecerdasan sebagaimana yang ditunjukan oleh hasil tes kemampuan
akademik.
Dengan demikian tingkat
intelegensi ditunjukan dengan perbandingan kecerdasan atau disebut dengan
istilah “intelegensi Quotient” yang
biasa disingkat I.Q.
I.Q.=M.A./C.A.
Selain teknik tes diatas, masih
terdapat tes kecerdasan yang lainnya seperti tes progresive metrices yaitu alat
yang mengukur tes intelegensi secara non-verbal yang diberikan kepada anak yang
berusia diantara 9-15 tahun.
2.1.2 Tes Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus individu yang
dapat berkembang melalui belajar atau latihan. Untuk mengetahui bakat telah
dipersiapkan beberapa teknik tes diantaranya;
1) Rekonik, teknik ini mengukur fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
2) Tes bakat musik, tes ini mengukur kemampuan individu dalam aspek-aspek
suara, nada, ritme, warna bunyi, dan memori.
3) Tes bakat artistik, tes ini mengukur kemampuan menggambar, melukis, dan
erupa (mematung).
4) Tes bakat
klerikal (perkantoran), tes ini mengukur kemampuan ”kecepatan dan ketelitian”.
5) Tes bakat
yang multifaktor, tes ini mengukur berbagai kemampuan khusus, yang telah lama
digunakan adalah DAT (differential Artitude Test).
Tes ini mengukur delapan
kemampuan khusus, yaitu;
· Berpikir
verbal, yang mengungkapkan nalar yang dinyatakan secara verbal.
· Kemampuan
bilangan, yang mengungkapkan kemampuan berpikir dengan mengunakan angka-angka.
· Berpikir
abstrak, yang mengungkapkan kemampuan nalar yang dinyatakan dengan mengunkan
berbagai bentuk diagram, yang bersifat nonverbal atau tanpa angka-angka.
· Hubungan
ruang, visualisasi dan persepsi yang mengungkapkan kemampuan untuk membayangkan
dan membentuk gambar-gambar dari objek-objek dengan hanya melihat gambar diatas
kertas yang rata.
· Kecepatan
dan ketelitian, yang mengungkapkan ketelitian dan percepatan seseorang dalam
membandingkan dan memperhatikan daftar tertulis, seperti nama-nama atau
angka-angka.
· Berpikir
mekanik, yang mengungkapkan kemampuan serta pemahaman mengenai hukum-hukum yang
mendasari alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakannya.
· Penggunaan
bahasa pengucapan, yang mengungkapkan kemampuan pemakaian kata-kata dalam
kalimat, seperti tanda baca, dan tatabahasa.
· Penggunaan bahasa-menyusun kalimat
yang mengungkap kemampuan pemakaian kata-kata dalam kalimat seperti tanda baca
dan tata bahasa.
2.1.3 Tes kepribadian
Allport
(dalam Hall dan Lindzey, 1981) mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi
yang dinamis dari system-sistem psikopisis dalam diri individu yang menentukan
penyesuaian-penyesuaian yang unik dengan lingkungan.
Secara umum, definisi tes kepribadian adalah
teknik untuk mengesahkan atau menolak hipotesis dalam pengukuran mental yang
menghasilkan skor untuk membandingkan dua orang atau lebih. Tes ini dirancang
untuk mengukur berbagai faktor psikologis tertentu, biasanya juga menyangkut
pengukuran kemampuan fisik seseorang.
Menurut Lee J. Cronbach dalam Essential of Psychological Testing,
tujuan tes kepribadian adalah mengetahui perbedaan diantara setiap kepribadian
dan kepribadian itu sendiri bersifat individual, yang berarti tidak seorang pun
yang memiliki kepribadian yang sama diantara satu dengan yang lainnya, dan
keribadian itu sendiri bukanlah sesuatu yang salah atau benar, bukan pula
sesuatu yang baik atau pun buruk. Sehingga kepribadian adalah apa adanya diri
anda yang telah memiliki kepribadian yang unik, berbeda dari yang lain.
Tes-tes
kepribadian melibatkan stimulus terstandarisasi yang ditujukan untuk memancing
dan menganalisa perbedaan reaksi individu. Kepribadian dapat diukur dengan
berbagai cara. Cara yang paling banyak digunakan adalah dengan jalan melihat :
1) Apa yang seseorang katakan tentang keadaan dirinya sendiri. Cara
ini disebut “self-report inventory”,
dimana seseorang mengemukakan atau merespon sesuatu mengenai dirinya melalui
alat yang sudah disediakan. Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk
diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi
dengan hati-hati. Keunggulan Tes ini adalah terstandardisasi, mudah diberikan,
reliabel, menangkap gambaran diri dengan baik; namun terbatas dalam derajat
kekayaan data, mudah untuk dikelabui, tergantung pada pengetahuan diri. Contoh
dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota
Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective
Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.
2) Apa yang orang lain katakan tentang keadaan diri seorang. Cara ini
disebut “inventories sociometric”, di
mana orang lain diminta untuk mengemukakan keadaan pribadi seseorang. Menurut
Lewis Terman hal ini disebut Studi Longitudinal Terman. Studi Longitudinal
Terman adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi
individu (terutama anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya).
Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini terbukti dapat memperkirakan
kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya. Keunggulan penilian ini
adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu,
dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk
menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak
valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh.
3) Apa yang seseorang lakukan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini
seseorang disuruh melakukan sesuatu dan hal-hal yang dilakukannya itu diamati
secara cermat dan ditafsirkan.
Dari ketiga
cara atau pendekatan di atas, cara yang pertama (self report inventory)
merupakan jenis tes kepribadian yang paling banyak digunakan di sekolah dan di
perusahaan dewasa ini.
2.1.4 Tes prestasi belajar
Tes prestasi
belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar
murid. Tes ini meliputi;
1) Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan
murid, terutama dalam mata pelajaran berhitung, dan membaca
2) Tes pestasi belajar kelompok yang baku, dan tes prestasi belajar yang
disusun oleh para guru.
Menurut Benyamin S Bloom
dalam(Azwar, 2003) menjelaskan bahwa Tes Prestasi Belajar adalah
salah satu alat ukur hasil belajar yang dapat mencakup semua kawasan tujuan
pendidikan. Ia membagi kawasan tujuan pendidikan mejadi tiga bagian, yaitu:
1) Kawasan kogniti
2) Kawasan afektif
3) Kawasan psikomotorik
Jadi bisa disimpulkan bahwa tes
prestasi belajar adalah suatu alat (tes) yang disusun untuk mengukur
hasil-hasil pengajaran, kemajuan-kemajuan yang telah dicapai murid setelah ia
mengikuti latihan atau pelajaran selama waktu tertentu. Tes prestasi belajar
ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar murid.
Adapun fungsi dari tes prestasi belajar yakni:
1) Fungsi
penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk klasifikasi
individu kedalam bidang atau jurusan.
2) Fungsi
formatif adalah penggunaan tes prestasi belajar guna melihat sejauh mana
kemampuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pendidikan.
3) Fungsi
diagnostik adalah penggunaan tes prestasi belajar untuk mendiagnosis
kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang
dapat diperbaiki segera, dan semacamnya.
4) Fungsi
sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk memperoleh
informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya
dalam suatu program pelajaran. Tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam
suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat
dinyatakan lulus dalam program pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan
dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi.
Cara mengukur prestasi belajar
Pengukuran
dilakukan dengan mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan.
Dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan atau pemahaman belajardapat dilakukan
melalui beberapa tes prestasi belajar antara lain :
1) Tes Formatif, penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau
beberapa pokok bahasan tertentu yang diadakan sebelum atau selama pelajaran berlangsung
dan bertujuan untuk memperoleh gambarantentang daya serap siswa terhadap pokok
bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2) Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu
yangtelah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkatprestasi belajar siswa.
Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semesteratau satu
catur wulan. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar
siswa dalam suatu perioe belajar. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat(rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Ditinjau
dari bentuk soalnya maka tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Tes non obyektif yaitu hasilnya dipengaruhi oleh pemberian nilai seperti
tes uraian.Tes uraian dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu:
· Tes uraian terbuka, yaitu setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan
untuk menjawab sesuai dengan yang dipikirkannya.
· Tes uraian terbatas, yaitu ja8waban yang dikehendaki adalah jawaban
yang sifatnya sudah dibatasi.
2) Tes obyektif, karna siapapun yang memeriksa hasil tes akan
menunjukkan skor yang sama. Tes bentuk obyektif memiliki model yang lebih
banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian. Oleh sebab itulah tes
obyektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar dibandingkan
tes bentuk uraian. Ada beberapa penggolongan tes obyektif yaitu :
· Tes benar salah, adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan
yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B
yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut
salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar
atau salah.
· Tes Menjodohkan,Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu
seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang
terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban.
· Tes Isian, Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk
paragraph-paragraf yang merupakan rangkaian cerita atau berupa satu pernyataan.
Beberapa bagian kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan
terlebih dahulu. Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan
jawaban yang sesuai.
· Tes Pilihan ganda,Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu
pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa
alternatif jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta
tes adalah memilih jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling sesuaia dengan
pernyataan yang ada dalam soal.
Dari beberapa bentuk tes yang
tersedia, tidak semuanya dapat digunakan secara bersamaan dalam satu
kesempatan. Ada beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk memilih bentuk tes
yang paling sesuai. Menurut Djemari Mardapi (2004: 73) pemilihan
bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang
tersedia untuk pemeriksaan lembar jawaban, cakupan materi tes dan karakteristik
mata pelajaran yang diujikan.
Tujuan utama penggunaan tes prestasi
belajar adalah agar guru dapt membuat keputusan-keputusan, seleksi dan
klasifikasi, serta menentukn keefektifan pengajaran. Hasil-hasil tes prestasi
dapat digunakan untuk mengukur hasil-hasil belajar, mengenali murid-murid yang
membutuhkan pengajaran perbaikan, memudahkan murid-murid dan sebagai criteria
dalam menilai teknik pengajaran.
2.2 TEKNIK NON-TES
Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk
memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif. Teknik ini tidak
menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur, tetapi hanya menggunakan alat
yang bersifat menghimpun atau mendeskripsikan saja.
2.2.1 Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik
atau cara untuk mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku).
Karena sifatnya mengamati, maka alat yang paling pokok dalam teknik ini adalah
panca indera, terutapa indera penglihatan dan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
· Dilakukan dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
· Direncanakan dengan sistematis
· Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
· Perlu diperiksa keteltiannya.
Teknik observasi dapat dikelompokan
menjadi beberapa jenis yaitu:
1) Observasi sehari-hari, yaitu yang tidak direncanakan dengan seksama, karena
pengamatan ini dikerjakan sambil mengerjakan tugas rutin, juga tidak memiliki
pedoman, dan dilaksanakannya secara insidental terhadap tingkah laku murid yang
menonjol atau menyimpang.
2) Observasi
sistematis, yaitu yang direncanakan dengan seksama, serta memiliki pedomannya,
yang berisi tujuan, tempat, waktu, dan item-item yang menggambarkan tingkah
laku observan (murid yang diobservasi)
3) Observasi
partisipatif, yaitu observasi dimana observer berada dalam situasi yang sedang
diamati. Contoh, guru mengamati perilaku siswa pada saaat proses
belajar-mengajar berlangsung.
4) Observasi
nonpartisipatif, dalam observasi ini observer tidak turut atau berada dalam
situasi kegiatan siswa. Contoh, guru mengamati perilaku siswa yang sedang
belajar dengan guru lain.
Kelebihan observasi :
1) Observasi merupakan teknik yang langsung dapat dipergunakan untuk
memperhatikan berbagai gejala tingkah laku murid.
2) Observasi
memungkinkan pencatatan yang serempak dengan kejadian yang penting:
3) Observasi
baik sekali untuk digunakan sebagai teknik untuk melengkapi data yang diperoleh
dengan teknik lain.
4) Dalam
observasi pengumpul data tidak perlu mempergunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan objek yang ditelaah.
Kelemahan observasi :
1) Banyak hal yang tidak dapat dicapai dengan observasi langsung
2) Apabila
objek observasi mengetahui bahwa ia sedang diamatai cenderung melakukan
kegiatannya dibuat-buat.
3) Timbulnya
suatu kejadian yang hendak diobservasi tidak selalu dapat diramalkan sehingga
pengamat sukar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melalkukan observasi.
4) Observasi
banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol.
2.2.2 Catatan Anekdot
Catatan
anekdot adalah catatan otentik hasil observasi, yang menggambarkan tingkah laku
murid atau kejadian/ peristiwa dalam situasi yang khusus. Dengan menggunakan
catatan anekdot guru dapat:
·
Memperoleh pengalaman yang lebih
tepat tentang perkembangan murid
·
Memperoleh pengalaman tentang
sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid
·
Memudahkan dalam menyesuaikan diri
dengan kebutuhan murid
Catatan anekdot yang baik memiliki beberapa syarat berikut;
1) Objektif
Untuk mempertahankan objektifitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
· catatan harus dibuat sendiri oleh guru
· pencatatan harus dibuat segera setelah suatu epristiwa terjadi
· deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran
pencatatan sendiri.
2) Deskriptif
Catatan
tentang suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai dengan latar
belakang, percakapan secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat
dengan tersusun sesuai dengan kejadiannya.
3) Selektif
Situasi yang dicatat adalah situasi yang
relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai
dengan situasi dan keadaan murid. Contoh : Guru bermaksud mengobservasi seorang
murid yang diduga mempunyai masalah.
Melalui catatan anekdot ini, guru akan lebih memahami
tentang sikap,kebiasaan atau perilaku murid. Sehingga memudahkan guru untuk
memberikan bimbingan kepada siswa.
2.2.3 Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi
langsung dengan responden (orang yang diminta informasi), dalam hal ini bisa
murid, orang tua murid, atau orang lain yang diminta keterangan tentang murid.
Kelebihan wawancara
1) Wawancara merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaaan
pribadi murid
2) Dapat
dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3) Dapat
diselenggarakan serempak dengan observasi
4) Digunakan
untuk pelengkap data yng dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahan wawancara
1) Tidak efisien, yaitu tidak dapt menghemat waktu secara singkat
2) Sangat
tergantung terhadap kesediaan kedua belah pihak
3) Menuntut
penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
2.2.4 Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul
data melalui komunikasi tidak langsuang, yaitu melalui tulisan. Angket ini
berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
1) gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap
2) susun kalimat sederhana tapi jelas
3) hindari kata-kata yang sulit dipahami
4) pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
5) hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.
2.2.5 Autobiografi
Yaitu sebuah
karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa
dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup,
cita-cita dan lain sebgainya.
Autobiografi bagi guru bertujuan untuk
mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap
terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.
Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu :
1). Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema
(judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti:
· cita-citaku
· keluargaku
· teman-temanku
· masa kecilku dan sebagainya.
2). Tidak
terstruktur
Di
sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan
kerangka karangan terlebih dahulu.
2.2.6 Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk
memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interasksi sosial diantara
murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
· Murid yang populer (banyak disenangi teman), murid yang terisolir (tidak
dipilih/disukai teman).
· Murid yang terisolir (tidak terpilih/tidak disenangi teman)
· Klik(kelompok kecil,2-3 orang)
Sosiometri juga dapat digunakan untuk:
· memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu
· menentukan kelompok kerja
· meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk
suatu kegiatan tertentu.
Beberapa hal
yang perlu diingat dalam melancarkan sosiometri:
ü sebelum
dilancarkan hendaknya petugas berusaha menciptakan hubungan baik dengan
kelompok
ü petunjuk
diberikan dengan jelas
ü menjaga
kerahasian pilihan maupun hasil
ü individu
harus saling mengenal
Kegunaan sosiometri adalah:
o memperbaiki hubungan sisoal individu dalam kelompok
o menentukan keanggotaan kelompok kerja
o meneliti kecenderungan potensi kepemimpinan individu dalam kelompok
o mengatur tempatduduk dalam kelas
o mengenali kekompakan dan perpecahan dalam anggota kelompok
2.2.3.4 Studi Kasus
Studi kasus
merupakan teknik mempelajari perkembangan setiap murid secara mnyeluruh dan
mendalam serta mengungkapkan seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh
dari berbagai pihak seperti dari semua guru, orang tua, dokter, atau pihak yang
berwenang.
Penggunaan
teknik ini bertujuan untuk memahami pribadi murid yang lebih baik, dan
membantunya agar murid dapat mengembangkan dunia secara optimal.
Dalam
melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
1) Menemukan murid yang bermasalah. contoh:
prestasi belajarnya sangat rendah, nakal, sering bertengkar dan sering
bolos(berperilaku menyimpang).
2) Memperoleh data
Cara untuk memperoleh data yaitu
wawancara dengan guru lain, Home visit yaitu kunjungan kerumah orang tua murid
atau wawancara langsung dengan siswa yang bersangkutan
3) Menganalisis
data
Berbagai faktor yang mungkin terjadi
penyebab anak mengalami kelainan adalah kondisi keluarga yang tidak harmonis,
tingkat kecerdasan rendah, motivasi belajar rendah, sering sakit-sakitan,
kurang mengetahui konsep-konsep dasar atau pengetahuan tentang mata pelajaran
tertentu
4) Memberikan
layanan bantuan
Dapat dengan mengajar kembali
tentang konsep-konsep dasar mata pelajaran tertentu apabila ada yang kurang
dimengerti.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teknik tes merupakan salah satu metode atau cara yang digunakan untuk
mengukur atau mengetahui tingkat kemampuan dan kelemahan seseorang. Teknik tes
terbagi beberapa macam diantaranya: Tes intelegensi, Tes bakat, Tes
kepribadian, Tes prestasi belajar. Selain itu untuk memahami perkembangan anak
sebagai peserta didik digunakan Non-tes yang merupakan proses pengumpulan data
untuk memahami pribadi pada umumnya bersifat kualitatif.
Macam-macam
non-tes diantaranya adalah Observasi, Wawancara, Catatan anekdot, Autobiografi,
Sosiometri, Studi khusus. Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk membantu memberi informasi
kepada guru untuk mengetahui anak yang berbakat, kemampuan tinggi, kemampuan
rendah, anak bermasalah dan sebagainya.
Untuk itu kita bisa mencoba melakukan teknik
tes ataupun non-tes untuk mengetahui suatu informasi yang diperlukan.
3.2 SARAN
Sebagai calon guru SD, hendaknya
kita mengetahui teknik-teknik dalam memahami perkembangan murid kita, agar
dalam mendidik murid nantinya kita dapat memberikan bantuan pada murid kita
jika ada yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar baik murid
normal ataupun anak yang berkebutuhan khusus.
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu
berikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan keinginannya, lakukanlah
beberapa teknik tes atau non-tes yang bisa memecahkan masalah yang dihadapi siswa,
lakukanlah secara kontinue/berkesinambungan untuk mengetahui keadaan siswa,
berikanlah bimbingan juga pengarahan tambahan atau lebih kepada siswa bila
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Jimayanti , Berliana 2012(myblogfichopgsd.blogspot.co.id/2015/03/teknik-teknik-memahami-perkembangan-peserta-didik.html?m=1) Diakses pada tanggal 13 September,
pukul 13:30, UNIVERSITAS QUALITY
Komentar