Tugas individu
LAPORAN
HASIL CRITICAL BOOK
“BAHASA
INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI”
Oleh:
Nama : Kristopel Silaban
NPM :16050303436
Kelas : 2A31
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS
QUALITY
MEDAN
T.A 2019
IDENTITAS BUKU
a. Judul
Buku : Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi
b. Tahun
Terbit : 2017
c. Nama
Penulis : Suyatno
Tri Pujiati
Didah Nurhamidah
Lutfi Syauki Faznur
d. Penerbit : In Media
e. Kota
Terbit : Bogor
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Laporan
resensi buku adalah laporan yang bertujuan untuk mengetahui isi buku, tetapi
lebih menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi, dan analisis)
kita mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku
tersebut. Sehingga laporan resensi buku merupakan suatu proses yang dilakukan
untuk mencari kelebihan dan kelemahan buku.
Materi yang akan dikritik mengenai “Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi”. Diharapkan dengan adanya laporan resensi buku ini,
mahasiswa dapat menambah pemahaman tentang materi ini dan mampu berpikir lebih
kritis maupun sistematis, sehingga untuk kedepannya mahasiswa sebagai calon
guru dapat mengaplikasikan materi ini di lapangan atau setelah menjadi guru.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan critikal book ini yaitu:
1. untuk mengetahui kelebihan isi buku
2. untuk mengetahui
kekurangan isi buku,
1.3 Manfaat
1. Manfaatnya
yaitu untuk memenuhi tugass kuliah Bahasa dan Informasi Karya Ilmiah
2. Agar
menambah pengetahuan tentang bagaimana mengkritik sebuah buku
BAB
II
ISI
BUKU
A.
Sumber Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah
dipakai sebagai bahasa perantara (lingua
franca).
1. bahasa buku-buku yang berisi
aturan-aturan hidup dan sastra;
2. bahasa perhubungan (lingua franca) antar suku di Indonesia;
1.
sebagai bahasa perdagangan
2.
Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan.
Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu, yang
sudah dipakai sejak pertengahan Abad VII itu, menjadi bahasa Indonesia.
C. Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia
Bahasa Melayu sudah merupakan lingua
franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.
1.
Sistem bahasa Melayu sederhana
2.
Suku Jawa, Sunda, menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
3. mempunyai kesanggupan untuk dipakai
sebagai bahasa kebudayaan
D. Peristiwa-peristiwa Penting yang Berkaitan denga Perkembangan
Bahasa Melayu/Indonesia
Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam
sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dapat diperinci sebagai berikut:
1.
Pada tahun 1901, disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch.A.Van
2.
Tanggal 25-28 Juni 1938, dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I
di Solo.
3.
Tanggal 18 Agustus 1945, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar
1945
4.
Pada tanggal 19 Maret 1947, diresmikan penggunaan Ejaan Republik
E.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
1) Kedudukan Bahasa Indonesia
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV,
Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa
Negara adalah bahasa Indonesia.
2)
Fungsi Bahasa Indonesia
Dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggan kebangsaan, (2) lambang identitas nasioan, (3) alat
perhubungan antarwarga dan antarbudaya, dan (4) alat mempersatukan suku-suku
bangsa dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia.
Ringkasan: Bab 2 Ragam Bahasa
A. Penting Atau Tidaknya Bahasa Indonesia
1. Dipandang dari Jumlah Penutur
2. Dipandang dari Luas Penyebarannya
3. Dipandang dari dipakainya sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan
Susastra
B. Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Ragam tulis adalah
pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf). Kedua ragam bahasa itu
berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut:
·
Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, sedangkan ragam tulis
tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
·
ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek,
predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan.
·
Ragam tulis Fungsi-fungsi gramatikal harus lebih jelas karena
ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara.
·
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan
waktu.. Sebaliknya ragam tulis tidak terikat pada kondisi, situasi, ruang dan
waktu.
C. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku
Ragam
baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat
penggunaannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dalam penggunannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan
ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
D. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam
buku-buku pelajaran atau buku-buku lainnya. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam
pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
E.
Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai
pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang
lebih kecil dalam masyarakat.
F. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan
konsisten, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang
mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakainya.
Ringkasan:
Bab 3 Kata
A.
Definisi Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat
berdiri sendiri dan mempunyai makna
B.
Pembagian Kelas Kata dalam Bahasa
Indonesia
1.
Verba
sebuah
kata dapat dikatakan berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase,
yakni dalam hal kemungkinannya satuan itu didampingi pertikel tidak dalam konstruksi dan dalam hal
tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak.
2. Ajektiva
Ajektiva adalah
kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3)
didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri
morfologis, (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
3. Nomina
Nomina
atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat,
atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi menjadi
dua:
a. Kata benda konkret ( dapat dikenal dengan
panca)
b.
Kata benda abstrak ( hanya dapat dikenal dengan)
4. Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan
nomina atau frasa nomina.
5. Numerelia
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau
jumlah kumpulan atau urutan tempat dari nama-nama benda.
6. Adverbia
Adverbia adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata
lain, seperti verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat), yang bukan nomina
(kata benda). Dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menurut:
(1) Segi bentuk
(2) Segi perilaku sintaksis
(3) Segi perilaku semantic
7. Introgativa
Introgativa yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin
diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.
8. Demonstrativa
Kata
tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai orang atau benda
secara khusus. Kata tunjuk dapat dibedakan atas:
9. Artikula
Artikula
(Kata Sandang) adalah kata yang menentukan atau membatasi kata benda. Kata
sandang umumnya terletak di depan (sebelum) kata benda. Kata sandang berupa
partikel, jadi tidak dapat berafiksasi (diberi imbuhan).
10. Preposisi
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain
(terutama nomina) sehingga terbentuk frasa eksosentris direktif.
11.
Konjungsi
Konjungsi adalah suatu kata tugas atau kata penghubung yang
berfungsi untuk menghubungkan dua buah klausa, kalimat, paragrap atau lebih.
a.
Konjungsi antar Klausa
Konjungsi
antar klausa adalah kata hubung yang menghubungkan dua buah klausa atau lebih.
12.
Kategori Fatis
Fatis adalah kelas kata yang bertugas memulai, mempertahankan,
atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan pendengar terdapat dalam
konteks dialog. Bentuk fatis dapat terdapat di awal, tengah, maupun di akhir
kalimat.
13.
Interjeksi
Pengertian interjeksi merupakan kata seru yang mengungkapkan isi
hati dari si pembicara..
14.
Partikel
partikel yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif),
yaitu -kah dan -tah ditambah dengan -lah yang
dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta pun hanya dipakai dalah kalimat pernyataan.
Ringkasan:
Ringkasan: Bab 4 Notasi Ilmiah
A.
Kutipan
Kutipan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam
penulisan karya ilmiah. prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan
oranng lain.
1.
Kutipan Langsung
Kutipan
langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata atau kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli.
2. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan
tidak langsung adalah kutipan yang diambil dari salah satu sumber dengan
menggunakan gaya bahasa dan pola penyajian ala penulis.
B. Notasi Ilmiah
1. Footnote
Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk
menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat,
buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar.
a.
Nomor Footnote
b. Bentuk Footnote
c. Footnote yang Berkaitan dengan Jumlah dan
Nama Pengarang
2. Bodynote
Pada
teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan Pada bodynote, ketentuannya adalah sebagai
berikut.
a.
Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan.
b.
Menulis nama akhir pengarang.
c.
Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam
kurung.
d.
Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan
tidak langsung.
Pada teknik endnote, nama pengarang diletakkan
setelah bunyi kutipan atau dicantumkan di bagian akhir narasi,
4. Daftar Pustaka
Daftar
pustaka merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam suatu karya ilmiah, baik
dalam makalah, paper, skripsi, tesis, maupun disertasi.
Daftar pustaka ditulis secara alfabetis sesuai nama-nama
pengarang atau lembaga yang menerbitkannya.
Ringkasan: Bab 5 Plagiarisme
A. Definisi Plagiarisme
plagiarisme diartikan
sebagai tindakan atau perbuatan yang mengambil, menyalin, menduplikasi, dan
sebagainya, karya orang lain dan menjadikannya karya sendiri tanpa
sepengetahuan atau izin pemiliknya.
B. Jenis Plagiarisme
1. Jenis Plagiarisme Berdasarkan Aspek yang Dicuri
a.
Plagiarisme ide
b.
Plagiarisme isi (data penelitian)
c.
Plagiarisme kata, kalimat, paragraph
d.
Plagiarisme total
2. Klasifikasi Berdasarkan Sengaja atau Tidaknya Plagiarisme
a.
Plagiarisme yang disengaja, merupakan hasil kutipan dan sama
sekali tidak menyebutkan siapa penulis atau pemilik karya cipta intelektualnya.
b.
Plagiarisme yang tidak disengaja, dapat berupa ketidakjelasan
atau kesalahan kutip sumber.
3. Klasifikasi Berdasarkan Proporsi atau Persentasi Kata, Kalimat,
Paragraf yang Dibajaka.
a.
Plagiarisme ringan: <30%
b.
Plagiarisme sedang: 30-70%
c.
Plagiarisme berat atau total: >70%
4. Berdasarkan pada pola plagiarisme:
a.
Plagiarisme kata demi kata (word
for word plagiarizing) Plagiarisme ini sama dengan plagiarisme total.
b.
Plagiarisme mosaic
Plagiarisme yang menggabungkan atau menyisipkan kata, frase, atau
kalimat
C. Plagiarisme Secara Hukum
Di Indonesia, tindak plagiat dapat didakwa melanggar
undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Terutama Bagian Keempat
tentang Ciptaan yang dilindungi Pasal 12 dan Pasal 13 sebagai berikut:
D. Tindakan yang Termasuk Plagiarisme
Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai
tindakan plagiarisme:
1.
Mengakui gagasan, temuan, tulisan, dan karya kelompok orang lain
sebagai pemikiran sendiri;
2.
Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa
menyebutkan asal-usulnya;
3.
Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa
menyebutkan sumbernya;
E. Tindakan yang Tidak Termasuk Plagiarisme
Adapun
tindakan yang tidak termasuk plagiarisme karena dikenal secara luas, merupakan
opini dari tokoh terkenal dunia dan secara khusus bukan merupakan opini dari
penulis lain, yaitu:
1. Menggunakan informasi yang berupa fakta
umum;
2. Menuliskan kembali (dengan mengubah
kalimat atau paraphrase)
3. Mengutip secukupnya tulisan orang lain
dengan memberikan tanda batas
4. Pengetahuan umum, yaitu pengetahuan yang
sudah diketahui secara luas
5. Tanggal bersejarah, yaitu informasi yang
diketahui sebagai informasi
F.
Cara Menghindari Plagiarism
Beberapa cara yang
dapat dilakukan agar terhindar dari plagiarisme, antara lain:
1.
Dalam menulis, menggunakan informasi yang berupa fakta umum.
2.
Menuliskan sumber referensi
3.
Memberi batasan yang jelas
4.
Lebih baik menulis sendiri karya tulis ilmiah kita
5.
biasakan menulis setiap hari
Ringkasan: Bab 6 Resensi
A. Definisi Resensi
Menulis resensi merupakan proses menuangkan atau memaparkan nilai
sebuah hasil karya atau buku berdasarkan tatanan tertentu. Resensi merupakan tulisan yang sisinya memberikan
penilaian, mengungkapkan kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku.
B. Kriteria Penulisan Resensi
Dalam menulis resensi ada beberapa kriteria penulisan guna
mencapai resensi yang baik.
1. Judul Resensi
2. Identitas Buku
3. Pendahuluan Resensi
4. Isi Pernyataan
5. Penutup
a. Penjajakan atau pengenalan buku terhadap identitas buku yang akan
diresensi
b. Pengembangan peta permasalahan dalam buku dengan tepat dan akurat
c. Menentukan sikap atau penilaian buku
d. Merevisi atau mengoreksi resensi
Ringkasan:
Bab 7 Pemakaian Huruf
A.
Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad
latin terdapat 26 huruf
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o dan u. Dalam pengajaran lafal kata, dapat
digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri
atas beberapa huruf dibawah ini:
4. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan:
5. Pemenggalan Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar
dilakukan sebagai berikut:
1)
Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu..
2)
Jika di tengah kata ada huruf konsonan, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan.
3) Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan
yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan iu.
4) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf
konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua.
b. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan,
termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk seta partikel yan biasanya
ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
c. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari
satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain.
d. sesuai dengan kaidah pada 1a, 1b, 1c dan 1d
diatas.
B. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1. Huruf kapital atau Huruf Besar
a.
Huruf kapital huruf pertama kata pada awal kalimat.
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
c.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan keagamaan, nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
d.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan atau
keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
2. Huruf Miring
Huruf
miring adalah huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi disebut italic.
Ringkasan:
Bab 8 Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik (.)
1. Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang
bukan pertanyaan atau seruan.
2. dipakai di belakang angka atau huruf
dalam satubagan, ikhtisar, atau daftar.
3. untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukan waktu
4. untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya menunjukan jumlah.
B. Tanda Koma (,)
1.
Dipakai memisahkan anak kalimat dari induk
2.
untuk memisahkan anak
kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
3.
Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru
4.
untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dalam kalimat.
5. Tanda koma dipakai di antara nama orang
dan singkatan gelar akademik
C. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
atau emosi yang kuat.
D. Tanda Titik Koma (;)
1.
Tanda tit[ik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di
dalam kalimat majemuk.
2.
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
E. Tanda Titik Dua (:)
1.
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyatan lengkap yang
diikuti pemerincian atau penjelasan.
2.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan perincian.
3. Tanda titik dua dipakai dalam naskah
drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan.
F.
Tanda Hubung (-)
1.
Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
2.
Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun
yang
3.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
F. Tanda Elipsis (…)
1.
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat
atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.
2.
Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai
dalam dialog.
G. Tanda Tanya (?)
1.
Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
2.
Tanda tanya yang dipakai dan diletakan di dalam tanda kurung
menyatakan bahwa kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
H. Tanda Kurung ()
1.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
2.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan
yang bukan bagian utama kalimat.
I. Tanda Kurung Siku ([..])
1.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata atau
kelompok kata
2.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung
K.
Tanda Petik (“…”)
1.
Tanda petik dua dipakai untuk mengapit petikan lagsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis lain
2.
Tanda petik dua dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, bab
buku apabila dipakai dalam kalimat.
3.
Tanda petik dua dipakai untuk mengapit istilah kalimat yang
kurang dikenal atau mempunyai arti khusus.
L.
Tanda Petik Tunggal (‘..’)
1.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun
di dalam petikan lain.
2.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan atau
penjelasan kata atau ungkapan.
J. Tanda Garis Miring (/)
1.
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat,
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
K. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
1. Tanda Apostrof menunjukan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
L. Tanda pisah (--)
1.
Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat.
2.
Tanda pisah dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan lain.
3.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat
yang berarti “sampai ke” atau “sampai dengan”.
Ringkasan: Bab 9 Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan
kata atau diksi pada dasarnya merupakan Pertama,
kemahiran memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata
yang cukup luas. Kedua, diksi atau
pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat
kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun. Ketiga, diksi atau pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih
kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi tertentu.
A. Kamus
Untuk memahami kata dapat dilihat di kamus KBBI
B. Tesaurus
terdiri
dari gagasan-gagasan yang mempunyai pertalian timbal balik sehingga setiap
pemakai dapat memilih istilah atau kata yang ada di dalamnya
C.
Syarat Ketetapan Pemilihan Kata
Berikut ini adalah rincian keenam syarat itu beserta contohnya
dan anjuran untuk melatih ketajaman pemahamannya.
a.
Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
b.
Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
c.
Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya.
d.
Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.
e.
Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
D. Gaya Bahasa dan Idiom
1. Gaya Bahasa
Gaya
bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur
mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk menyampaikan
sesuatu.
Sebelum
menampilkan gaya tertentu, ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa
seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan komunikannya, yaitu:
a.
Cara dua media komunikasi: lisan atau tulis, langsung atau tidak
langsung, media cetak atau media elektronik;
b.
Bidang ilmu: filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dan
lain-lain;
c.
Situasi: resmi, tidak resmi, setengah resmi;
d.
Ruang atau konteks: seminar, kuliah, ceramah, pidato;
e.
Khalayak: dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, orang
dewasa); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan (rendah,
menengah, tinggi), status sosial;
f.
Tujuan: membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.
2. Idiom dan Ungkapan Idiomatik
Idiom
adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari
unsur-unsurnya (Moeliono, 1984: 177).
a.
Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata yang, mana, di mana, daripada
Selain
ungkapan idiomatik yang telah dicontohkan, ada juga gabungan kata yang lain
yang fungsinya berbeda dengan ungkapan idiomatik. Gabungan kata yang dimaksud
adalah yang mana, di mana, dan daripada.
1) Bentuk gabung di mana dipakai sebagai kata tanya untuk menanyakan tempat.
2) Bentuk gabung yang mana di pakai dalam kalimat tanya yang mengandung pilihan,
termasuk dalam pertanyaan retoris.
3)
Bentuk gabung daripada
dipakai untuk membuat perbandingan atau
b.
Kesalahan Pemakaian Kata dengan, di, dan ke
Pemakaian kata dengan dalam kalimat sering tidak tepat.
Selain untuk mengungkapkan arti
‘bersama’, kata dengan dapat
difungsikan untuk menyatakan hal berikut.
1) Adanya alat yang digunakan untuk
melakukan sesuatu.
2) Adanya beberapa pelaku yang mengambil
bagian pada peristiwa yang sama.
3) Adanya sesuatu yang menyertai sesuatu
yang lain.
c. Kesalahan Pemakaian Kata berbahagia
Umumnya
kata berbahagia itu dimunculkan pada
bagian awal pembicaraan ketika pembicara menyapa
hadirin,
Kata
berbahagia berasal dari kata sifat bahagia, lalu diberi awalan ber- sehingga menjadi kata kerja.
Perhatikan proses perubahan kata sifat menjadi kata kerja dan arti yang
ditimbulkannya:
Ringkasan: Bab 10 Kalimat
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal
subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi yang menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
A.
Unsur Kalimat
1. Predikat
Predikat
(P) adalah predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, citi, atau
jati diri S.
2. Subjek
Subjek
(S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
3.
Objek
Objek
(O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O
4. Pelengkap
Pelengkap
(Pel) atau komplemen bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya
dibelakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan
jenis kata yang mengisi Pel atau O juga sama, yaitu nomina, frasa nominal, atau
klausa. Akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
5. Keterangan
Keterangan
(Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa.
B. Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang
dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pel, Ket. sejalan dengan
batasan bahwa struktur kalimat minimal S-P, sedangkan O, Pel, Ket.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat
yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia.
1.
Kalimat Dasar Tipe S-P
2.
Kalimat Dasar Tipe S-P-O
3.
Kalimat Dasar Tipe S-P-Pel
4.
Kalimat Dasar Tipe S-P-Ket
5.
Kalimat Dasar Tipe S-P-O-Pel
6.
Kalimat Dasar Tipe S-P-O-Ket
Kalimat
dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah klausa pembentuknya,
(b) fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek predikatnya.
1. Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
a.
Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat tunggal hanya
mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket. tentu saja kelima unsur itu tidak
harus muncul samua sekaligus karena unsur minimal sebuah kalimat adalah S dan
P..
b. Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal. Mengingat kalimat tunggal hanya terdiri atas satu klausa, berarti
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Keunggulan
a. Penjelasannya
mudah dimengerti/dipahami
b. Dapat
menjadi pedoman sebagai calon guru
c. Bentuk
tulisan mudah dipahami
d. Sistematika
tulisan tepat
B.
Kelemahan
a. Menggunakan
contoh yang banyak, padahal dari contoh pertama sudah sangat mudah dipahami
b. Pada
materi kedudukan Baha Indonesia, adanya salah pengetikan pada kata nasional
menjadi nasionl
c. Pada
materi cirri karangan ilmiah, adanya salah pengetikan pada kata ilmiah menjadi
Ilmiaha
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
keseluruhan berbicara mengenai karya tulis yang baik sudah ditentukan, yaitu
sesuai dengan tata bahasa (EYD) dan tata tulis yang persetujuan oleh masyarakat
akademik.
Komentar